Levi berbaring di atas sofa dengan kondisi tubuh yang masih lengkap dibalut busana kerjanya hari ini; sepotong kaus berwarna hitam yang dilapisi dengan hoodie yang berwarna sama dan juga sepotong jeans belel yang menjadi ciri khas dari gaya berpakaian sang rapper itu sendiri. Aksesoris andalannya seperti kalung rantai dan beberapa cincin perak juga masih menghiasi. Memberikan gambaran tersendiri bahwasannya lelaki itu sudah tampak seperti seorang suami yang tidak diberikan izin untuk tidur di kamar oleh sang istri.
Seharian ini, Leviathan atau yang dunia kenal sebagai L itu menghadiri pertemuan kerjasamanya dengan salah satu perusahaan sepatu, pakaian, dan alat-alat olahraga terbesar di dunia untuk membahas kolaborasi sepatu mereka yang rencananya akan dirilis tahun ini. Niat hati setibanya di rumah ingin langsung bermanja-manja dengan sang kekasih, namun apa boleh buat apabila kekasihnya merajuk karena perbuatan usilnya sendiri. Yang mana pada akhirnya membuat Levi berakhir disini dan diam-diam menunggu Miura untuk membukakan pintu beberapa saat lagi.
Levi termenung memandangi atap ruang tengah yang dihiasi lampu gantung kristal itu sambil sesekali memeriksa ponselnya. Mungkin saja Miura mengiriminya pesan. Namun sayangnya, itu hanya lah harapannya yang berhasil nihil. Levi sesekali juga akan menoleh ke arah pintu kamarnya, menaruh harap apabila pintu itu akan terbuka dan menampilkan kekasih cantiknya di sana. Namun lagi-lagi Levi harus menelan pil pahit sebab harapannya masih belum juga berbuah manis. Kalau begitu, ia akan tetap menunggu disini. Menunggu Miura membukakan pintu untuknya dan berjalan menghampiri.
Mungkin ada sekitar dua puluh menit setelah kepulangan sang rapper dan bertepatan dengan Levi yang baru saja melepas hoodienya, pintu berwarna putih gading itu akhirnya terbuka dengan sendirinya dan menampilkan sosok Miura yang sudah mengenakan gaun tidurnya. Rambut ikal si cantik tampak sedikit berantakan, begitupula dengan jubah gaunnya yang tersampir sebelah di bagian bahu. Satu fakta yang tidak Levi ketahui apabila Miura sedari tadi sudah mencoba untuk tertidur namun kenyataannya ia tidak bisa.
Si cantik tidak bisa tidur tanpa dekapan lelakinya.
“Levi . .”
Mendengar dan memandangnya, Levi tersenyum.
“Apa, sayang?”
Miura di depan pintu tampak menangis dan memerah. Sungguh sangat menggemaskan dengan kondisi perutnya yang besar dan tubuhnya yang juga semakin berisi. Ketika Levi baru saja hendak menghampirinya, Miura sudah lebih dulu berjalan ke arahnya.
“Hiks — “
“Kenapa, sayangku?”
Levi membantu Miura untuk duduk di atas pangkuannya. Membantu manusia indah yang tengah berbadan dua itu untuk menemukan posisi ternyaman dipangkuannya sebelum menghujani wajah seindah boneka itu dengan ciuman-ciuman tipis nan hangat. Levi memeta wajah Miura dengan ibu jarinya, menghapus lelehan air mata lelaki cantik itu dengan lembut sebelum mencium bibirnya lagi dan lagi.
“Mau gendong,”
Levi melepas semua cincin dan juga gelang perak yang mulanya ia gunakan sebelum mengangkat tubuh Miura, menghindari kemungkinan benda-benda itu akan menyakiti Miuranya nanti. Levi menimang tubuh Miura seperti seorang ayah yang sedang berusaha untuk meniduri bayi kecilnya. Namun sepertinya tidak ada seorang ayah yang sampai-sampai menciumi sepanjang leher dan juga bahu bayi kecilnya seperti apa yang sedang Levi lakukan kepada Miura sekarang.
“Kenapa nangis? Ada yang sakit?”
Miura menggeleng pelan. Si manis membiarkan Levi menyayanginya melalui sentuhan-sentuhan halus yang ia terima di kepala dan juga punggungnya. Miura memeluk leher Levinya erat-erat, sedangkan wajahnya yang cantik disembunyikan pada ceruk leher Levi yang masih dihiasi beberapa layer kalung rantai. Miura membuka kalung-kalung itu dan Levi membiarkannya. Untuk kemudian juga membiarkan Miura bermanja di sana; menciumi dan mengendus-endus lehernya bak seekor bayi kucing yang sedang mencari-cari kehangatan.
“Sebel sama Levi tapi gak bisa bobo kalau gak sama Levi,” kata Miura sambil meremat kaus bagian depan milik Levi dengan kedua tangannya.
Lihat, sudah mirip sekali dengan bayi kucing, kan?
Mendengarnya, Levi pun tertawa dan langsung menangkup wajah mungil Miura dengan satu tangannya. Untuk kemudian ia kecup dahinya, lalu kedua kelopak matanya, lalu kedua pelipisnya, lalu kedua pipinya, lalu pucuk hidungnya, lalu dagunya, dan berakhir di bibir si cantik yang memerah seperti buah delima. Levi menjilat dua belah bibir Miura sebelum melumatnya bergantian atas dan bawah. Keduanya saling memagut dan juga menyesap bibir satu sama lain. Dan Levi juga memasukkan lidahnya ke dalam mulut Miura hanya untuk menjilat dinding mulut si cantik beserta lidahnya yang berair itu. Untuk kemudian menyecap liurnya dan menelannya.
This is the correct way to drink.
“Utsukushii.” bisik Levi tepat di depan bibir Miura yang mana langsung dihadiahi tatapan menyalang dari si cantik.
“Levi, ih!”
“Apa, cantik?”
“Diemmm!” Miura membekap mulut Levi dengan satu tangannya.
Telapak tangan Miura yang menempel dengan bibirnya pun langsung diciumi. Levi memegang tangan Miura yang semula mendekap mulutnya itu untuk kemudian dituruni sambil dikecupi jari-jarinya.
“Mau aku diem?”
Miura mengangguk.
“Kasih aku lihat bulan dulu.”
Bulan.
Itu adalah tato bulan sabit Miura yang terletak di paha dalamnya yang sebelah kiri. Biasanya Levi akan bertemu dengan Bulan apabila lelaki itu sedang membujuk Miura supaya mau disetubuhi. Biasanya Levi akan mencium dan menjilati Bulan — memberikan sensasi geli yang bertujuan untuk membangkitkan gairah seksual. Dan Miura tentu tidak bodoh untuk tidak mengerti maksud sebenarnya dari perkataan Levi barusan.
Sex.
Memangnya apalagi?
Melihat peluang dirinya bisa lolos dari cengkraman Levi yang bahkan tidak lebih besar daripada ukuran semut kecil, Miura pun mengajukan banding.
“But, buy me Birkin So Black?”
Levi yang semula sedang mencoba untuk menelanjanginya pun langsung tersenyum dan mencium putingnya sekali.
“Anything for my God.”