“Lihat ke sini, L!”
“You’re so fine, L!”
“L, lihat ke sebelah sini!”
“Sebelah sini, L!”
“You look so stunning, L!”
L,
L,
dan L.
Beratus-ratus tembakkan cahaya sibuk menghujani satu raga yang sama disaat yang bersamaan. Tak memberinya ampun barang sedetik, pun tak membiarkannya lolos barang satu bidik. Jeritan histeris yang didominasi oleh suara perempuan turut memandikan raga dari sosok tersebut. Membuat keadaan sekitar turut menjadi semakin meriah dan sangat terayakan. Menjadikan sosoknya terlihat begitu dipuja lewat kacamata dunia dan kacamata manusia. Rapper ternama, rupanya. Buah bibir hangat yang tak bosan-bosannya diperbincangkan di kalangan selebrita. Entah gaya hidup ataupun persoalan asmara, segalanya tentang Leviathan Levin atau yang dunia kenal sebagai L memang selalu menjadi hal yang menarik untuk diperdebatkan.
“Lihat ke sini, L!”
Kedua mata itu diusahakan untuk tetap terjaga dengan baik seiring dengan kilatan cahaya yang terus menerpa dengan silih berganti. Sosok L berdiri di atas karpet merah dengan sangat mempesona dan sukses mencuri hati. Siapapun yang melihatnya pasti akan terpana dan rasa-rasanya ingin memantaskan diri. Sebab sosok sang rapper bak sebuah lukisan mahal yang dipajang dengan figura kayu jati.
Indah,
Tak tersentuh,
Dan nyaris terasa tidak asli.
Jauh dari ibukota dan juga jauh dari keramaian pada saat itu, sesuatu di dalam tubuh L seakan-akan berbicara. Bertanya-tanya tanpa suara yang tentunya tak dapat didengar oleh dunia dan sekitarnya. Bertanya tentang satu hal, kiranya, apakah inilah kehidupan yang selama-lamanya akan ia jalani? Kamera-kamera ini, kilatan-kilatan cahaya ini, orang-orang ini, dan juga suasana seperti ini, akankah menjadi hal yang selama-lamanya ia hadapi nanti?
Pertanyaan itu lagi-lagi tak berhasil menemukan arti. Yang mana hanya mendapat nihil dan juga meninggalkan kegundahan di dalam diri. L mengangkat dagunya dan menampilkan senyum tipis seperti biasa, yang mana sekali lagi sukses membuat sebagian reporter dan juga barisan penggemarnya berteriak antusias menyerukan namanya. L membiarkan dirinya dipotret sebanyak apapun yang mereka inginkan.
Namun tak lama setelah itu, tepatnya ketika L bergerak semakin ke kanan dan hampir menyelesaikan karpet merah yang membentang di bawah kakinya, fokusnya lagi-lagi teralihkan dan kali ini pada sebuah papan billboard yang dapat ia lihat dengan jelas dari tempat dimana dirinya berpijak. Papan billboard yang tengah menampilkan suatu produk kecantikan dimana seorang model laki-laki sebagai bintangnya. Selama matanya memandang, benak L diliputi banyak teka-teki tentang sosok itu. Dan diantara banyaknya teka-teki tersebut, ada satu hal yang terus-menerus menggaung di dalam kepala L.
Apakah kau juga merasakan yang sama?
Malam selalu terasa dingin. Namun ia menyukainya. Bahkan ia lebih menyukai saat dimana bulan lah yang bertahta dan bukan matahari. Sebab di malam hari, sebagian manusia di bumi sudah terlelap sehingga menyisihkan sedikit ruang bagi sosok sepertinya untuk bernapas. Bernapas dari sesaknya duniawi yang seakan-akan tak pernah memberinya kesempatan untuk menjalani hidup seperti manusiawi. Seperti saat ini. Sisa-sisa rintik hujan yang masih ingin turun ke bumi sedikit demi sedikit membasahi dirinya malam itu. Dan Levi, sosok yang berpakaian serba tertutup dari ujung kepala hingga ujung kaki itu telah sampai pada sebuah ruangan nomor 505. Lelaki itu pun menekan bel dengan santai dan menunggu seseorang di dalam kamar tersebut membukakan pintu untuknya.
Tanpa menunggu waktu lama, pintu pun terbuka sedikit dan menampilkan sosok yang terlihat seperti seorang lelaki melalui celahnya. Setelah memastikan apabila tamu yang mendatangi kamarnya benar adalah Levi, barulah Miura membuka pintu tersebut lebih lebar lagi dan mempersilahkan Levi untuk masuk ke dalam kamarnya.
Levi menutup pintu itu dan menguncinya kembali. Bersamaan dengan tudung kepala dan juga masker wajahnya yang Miura buka dengan hati-hati.
“Kamu kehujanan.”
“Iya, gapapa.”
Miura… cantik sekali.
Sebenarnya di mata Levi, Miura akan selalu cantik kapanpun dan apapun kondisinya. Namun pada malam itu, dengan mata sayu yang menjadi khas orang bangun tidur serta pipi yang merona tipis sebab hawa dingin, menjadikan lelaki itu berkali-kali lipat lebih cantik daripada biasanya. Ditambah lelaki manis itu mengenakan atasan berlengan panjang yang membungkus tubuhnya dengan ketat, namun bagian belakangnya bercoak sehingga memperlihatkan punggung mulusnya yang tak tertutupi sehelai benang pun dengan bebas.
Oh, Tuhan. Apakah di hadapannya kini adalah titisan dewi Aphrodite?
Levi tak mampu menahan dirinya untuk tidak memegang pinggul lebar itu menggunakan kedua tangannya sembari mulai mencumbui bibir tebal Miura. Si manis terlihat seakan-akan sudah mengerti cara main Levi. Buktinya, ia langsung mendudukan dirinya ketika paha belakangnya menyentuh tepian ranjang. Untuk kemudian memposisikan wajahnya tepat di depan otot-otot perut Levi yang masih sepenuhnya terbungkus kaus.
“Oke, nice, selanjutnya Miura buka baju Levi.”
Arahan dari sang sutradara diterima si manis dengan baik. Kesepuluh jemari tangannya yang lentik mulai menggulung dan menarik kaus yang Levi kenakan ke atas. Sembari kaus itu terus menggulung ke atas dan meloloskan tubuh telanjang Levi sedikit demi sedikit, Miura turut menjilat tubuh Levi dimulai dari bagian bawah pusar lelaki itu hingga ke titik dadanya.
Dan Levi bagaikan seorang tuan pongah yang berhati dingin, yang mana kini tengah menangkup wajah seindah boneka itu dengan satu tangannya dan menatapnya dengan tatapan meremehkan.
“Looks like you really want me, huh?”
“I always wanted you, L.”
Kelihaian lidah Miura harus diberikan apresiasi sebab si manis berhasil membuat hati Levi senang. Sang rapper tersenyum tipis dan mulai merangkak mengejar Miura ke tengah-tengah ranjang sebelum akhirnya berhenti dan memposisikan dirinya diantara kedua kaki jenjang Miura yang terbuka lebar untuknya. Kini Levi berada di atasnya, mengukung Miura sepenuhnya dan kembali melumati bibir lelaki itu seakan-akan bibir Miura adalah candu baginya.
Keduanya sibuk melumat bibir satu sama lain. Menjilat, menyecap, dan bahkan menghisap lidah satu sama lain dengan kedua mata yang saling terpejam. Kedua tangan Levi tentunya tidak tinggal diam. Sang rapper sedari tadi meraba-raba sepanjang kaki mulus itu dengan tangan kanannya sementara satu tangannya yang lain meraba-raba di sekitar wajah dan juga leher Miuraichi Akanen.
“H . . ahh, mmh — “
Ketika Levi sudah puas mencumbui bibir Miura hingga bibir itu menjadi bengkak dan menunjukkan gelagat-gelagat bahwa ia akan berpaling ke bagian tubuh Miura yang lain, si manis langsung memiringkan kepalanya ke arah kiri. Menyajikan leher jenjangnya untuk Levi jamah dan benar saja, Levi langsung membenamkan wajah tampannya di sana kemudian menjilatinya kecil.
Dan lagi-lagi, kemistri yang terjalin antara Levi dan Miura membuat seluruh tim produksi dan staf pendukung lainnya yang tengah memonitori mereka di ruangan itu kompak berdecak kagum. Entah antara kemampuan akting Miura yang memang patut diacungi jempol atau karena sosok Miuraichi Akanen yang begitu didamba-dambakan oleh sang rapper, yang mana mungkin berhasil membuat Levi terlalu menikmati momen intim tersebut dengan sang model sehingga kemistri keduanya berhasil terjalin dengan sangat baik — apapun itu, Sean sebagai sutradara tidak merasa menyesal sedikitpun karena sudah mengajak Miuraichi Akanen untuk bekerja sama dalam projek musik video milik L kali ini.
Meskipun biaya yang ia keluarkan untuk membayar Miura sangat mahal sekalipun, Sean mengaku tidak menyesal sama sekali jika umpan balik yang didapatkannya sebagus dan sangat memuaskan seperti ini.
“Oke, cut!”
Dan adegan itupun diakhiri dengan ciuman ringan di sudut bibir yang mana didominasi oleh Leviathan. Dan tanpa sepengetahuan orang-orang di sana, sebelum Miura diambil alih oleh orang-orangnya dan begitupula dengan Levi, Miura tersenyum menang dan mencolek pucuk hidung milik Levi. Seakan-akan dengan senyuman itu, Miura berbicara pada Levi;
Kali ini kau tak bisa memakanku.
Yang mana nyaris direspon Levi dengan satu tamparan di pipi pantat Miura apabila Levi tidak mengingat bahwa keduanya kini sedang berada di lokasi syuting.
“Shit, man! The chemistry is so amazing! Gue sampe merinding?” celetuk Sean dengan segulung kertas naskah di tangan kanannya.
Lelaki itu membawakan sebotol bir untuk Levi dan kemudian mendudukan dirinya di sebelah sang rapper.
“Ereksi gak lo?”
“Hampir.”
Mendengarnya, Sean tertawa. “Seluar biasa itu Miuraichi Akanen sampai rapper kita yang gak pernah mau syuting sama model pun akhirnya mau turun tangan?”
Levi terkekeh, ia menenggak birnya hingga mulutnya dipenuhi cairan berwarna kuning itu.
“Tapi gue masih penasaran apa yang bikin lo gak mau syuting sama Aneko Azari. Padahal you know, Lev. Mereka bisa dibilang selevel?”
Tepat setelah Sean menyelesaikan pertanyaannya, netra cokelat milik Levi jatuh pada sosok Miura yang saat ini juga tengah menatap dirinya dari seberang sana.
“Mereka gak sama.” kata Levi kemudian tersenyum kecil melihat Miuranya yang baru saja berpura-pura memasang wajah jutek kepadanya.
Miura sudah memiliki anak dan berusia empat tahun lebih tua darinya tapi masih sangat begitu menggemaskan? Tentu bagi Levi, Miuraichi Akanen tidak ada saingannya.
“Kalau next project lu bintangnya Aneko Azari lagi, mau gak Lev?”
Levi meneguk habis bir miliknya sebelum meletakkan botol kosongnya di dekat kaki. “Kalau bisa Miuraichi Akanen terus, gua mau dia aja yang jadi bintang di semua musik video gua.”
Syuting pun kembali berlanjut. Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam dan adegan ini adalah adegan yang terakhir.
“Oke, ini last scene. Gue pengennya adegan ini lebih intim dari yang sebelumnya.”
Suara Sean semakin lama semakin terdengar menjauh. Padahal Sean tidak berpindah posisi sama sekali dan masih berada di dekat kedua insan yang sedang dimabuk asmara itu. Baik Levi ataupun Miura sama-sama tenggelam dalam keindahan iris mata milik masing-masing. Dan sekarang, posisi Miura berada di atas pangkuan Levi dengan kedua tangan yang mengalung cantik di leher kokoh Levi. Sedangkan Levi melingkarkan kedua tangannya pada pinggang kecil milik Miura dan sesekali menggoda si manis dengan senyum nakalnya.
“Kamu cantik.”
Levi berbisik tanpa suara dan mendapatkan tatapan horor dari Miura yang bahkan nyaris memukul lengannya.
“Gitu ya Lev, Miura. Paham kan?”
“Ya.” sahut Levi singkat yang mana merupakan jawaban sekaligus titik dari dimulainya pengambilan adegan terakhir.
“Camera! Speed! Roll!”
Baik Levi dan Miura sama-sama mengambil posisi yang nyaman untuk memulai akting mereka. Miura membenahi posisi duduknya dan juga posisi kedua tangannya di leher Levi sedangkan Levi hanya tersenyum santai sembari membantu Miura memegangi bokongnya dengan embel-embel lawan main yang baik.
“And… action!”
Dan adegan pun dimulai ketika asisten sutradara memerintahkan untuk memulai aksi. Yang pertama-tama dilakukan keduanya adalah saling bertatap-tatapan yang mana perlahan-lahan nantinya adegan ini akan menuntun keduanya untuk masuk ke dalam adegan ciuman. Perlahan tapi pasti, Levi menghapus jarak yang membentang antara wajahnya dan juga wajah cantik Miura. Levi menyentuh pucuk hidung Miura yang menurutnya mungil seperti boneka itu dengan pucuk hidungnya sendiri, untuk kemudian digesekkan beberapa kali dengan gerakan lembut dan berakhir dengan memberikan kecupan ringan pada pipi lelaki itu.
Sekali, dua kali, Levi mengecupi wajah Miura tipis-tipis sembari memberikan usapan lembut pada punggung lelaki itu. Yang mana efeknya mampu membuat tubuh Miura membusur indah dan dadanya hampir saja menyentuh dagu milik Levi.
“Ngh . .”
Jika saja keduanya sedang berada di rumah mereka dan tidak sedang ditonton oleh banyak orang seperti sekarang ini, maka sudah dipastikan Levi akan membenamkan wajahnya pada dada Miura dan menghisap puting susunya dengan rakus sampai Miura meringis dan mengeluarkan kata-kata favoritnya; “Lev… udah, sisain buat G.” yang sayangnya tidak akan ia dengar malam ini sebab ia tidak akan menyusu pada Miura kali ini.
Levi pun melancarkan serangkaian aksinya yang lain. Lelaki itu membawa ujung-ujung jari tangannya untuk mengitari dada, punggung, dan juga sepanjang bahu milik Miura yang mana aksinya lagi-lagi berhasil membuat tubuh Miura meringkih geli sampai-sampai bokong sintal si manis bergerak gelisah di atas pangkuannya. Levi menempelkan hidung dan juga bibirnya pada bagian samping wajah Miura demi menghirup aroma manis lelaki itu yang memabukkan. Sementara kedua tangannya tak berhenti untuk menggerayangi tubuh molek Miura yang terduduk manis di atas pangkuannya bak boneka seks yang pasrah akan apapun yang ia kehendaki.
“Nice. Miura mulai ambil tangan Levi — “
Tangan kanan milik Levi yang semula lelaki itu selipkan ke dalam bajunya pun Miura ambil dan kemudian ia tempatkan di wajahnya. Miura mendusal manja disana, menggesekkan pipinya pada telapak tangan Levi sebelum menciumi buku-buku jari Levi dengan hidung dan juga bibirnya. Tau? Baru saja Miura menggunakan metode segitiga kepada Levi; menatap mata kirinya, mata kanannya, bibirnya, dan berakhir di mata kirinya lagi. Kemudian membuka mulutnya kecil dan menampilkan dua gigi depannya yang sering Levi jadikan sebagai objek untuk menepuk-nepukkan kepala penisnya di sana ketika mereka sedang melakukan oral sex — dan demi apapun, Miura sengaja melakukan ini untuk membuat Levi nyaris mati ditelan nafsunya yang tak bisa ia salurkan sepenuhnya sekarang.
Lagi-lagi kemistri yang terjalin antara Levi dan Miura begitu tinggi hingga rasa-rasanya mereka tak memerlukan arahan dari Sean lagi selaku sutradara mereka.
“ — good!”
Perjalanan Levi sebagai seorang rapper ternama yang hari-harinya tak luput dari intaian para pencari berita untuk menemui Miura, yang dikisahkan sebagai kekasih rahasianya di suatu ruangan tertutup, di suatu malam yang sepi, dan tanpa sepengetahuan orang lain untuk kemudian menghabiskan waktu bersama dengan saling berbagi kehangatan dan juga cinta mereka merupakan representatif dari judul musik video itu sendiri. Private only, yang merujuk pada suatu hal yang sifatnya pribadi.
Liur entah milik siapa sudah berceceran hingga menuruni dagu si manis. Namun hal itu tak membuat Levi berhenti untuk mencumbui bibir yang sudah membengkak karena ulahnya itu. Ingin rasanya Levi membalikan posisi keduanya sekarang, yang mana membuat Miura menjadi menungging dibawah kungkungannya untuk kemudian ‘memakan’ bokong sintal milik sang model sebagaimana yang selalu ia lakukan ketika keduanya berada di rumah. Namun apalah daya, Sean hanya membutuhkan adegan dimana keduanya saling memagut bibir satu sama lain dan juga adegan frot yang sedari tadi Miura lakukan kepadanya; menggesekkan penis milik keduanya hingga rasanya Levi ingin saja merobek celana pendek yang tengah Miura kenakan kini untuk kemudian membobol lubangnya dengan brutal.
“Miura?”
Tepat ketika Levi baru saja menyudahi kegiatannya menyumbui bibir Miura, lelaki itu baru menyadari apabila Miura sedang menangis. Lelaki manis itu terisak pelan tanpa suara sembari mengepalkan kedua tangannya di atas dadanya sendiri. Kini dunia rasanya seperti berhenti berputar bagi Miura. Seluruh mata yang berada di ruangan itu tertuju ke arahnya. Seluruh orang kini menaruh atensi kepadanya dengan penuh tanda tanya. Termasuk Levi sekalipun yang saat ini sedang menatapnya dengan kebingungan.
Ketika orang-orangnya Miura dan juga beberapa staf pendukung lainnya hendak menghampiri si manis, Levi meminta semua orang itu untuk mundur dan tidak mendekati Miura. Levi menciptakan sebuah ruang dimana orang-orang yang berada di sana tidak dapat melihat wajah Miura dan juga kondisinya saat ini. Beberapa staf Miura termasuk Sarah, manager Miura yang sepertinya sudah menebak-nebak permasalahan yang sedang terjadi dengan Miura sekarang pun langsung berinisiatif untuk mengalihkan atensi seluruh orang yang berada di sana. Mereka melindungi Miura sebagimana Levi melindunginya.
“Lev…”
Miura berbisik padanya pelan, sangat pelan.
Kemudian tanpa suara, Miura menggiring tatapan Levi untuk menatap ke arah dadanya, dimana bagian kausnya sudah dalam kondisi setengah basah karena air susunya yang merembes.
“G… ini udah waktunya G makan...” katanya diiringi dengan air mata yang bercucuran dari pelupuk matanya.
Levi dapat memastikan apabila yang baru saja dikatakan oleh Miura tidak terdengar oleh satu pun orang yang berada di sana. Sejujurnya Levi sangat ingin mendekap tubuh kekasihnya dan kemudian membanjirinya dengan kecupan-kecupan ringan sebagaimana yang selalu ia lakukan ketika Miura sedang menangis. Namun yang bisa Levi lakukan kini agar tidak dicurigai oleh orang-orang yang berada di sana hanyalah menghapus lelehan air mata itu dan kemudian menatap Miura dengan sorot matanya yang teduh.
“Kita pulang sekarang ya.”
Dan bagi Levi, diatas apapun itu akan selalu ada Miura dan juga anak mereka. Sehingga ia tidak gentar untuk meminta izin kepada Sean dan juga tim produksi lainnya untuk melanjutkan syuting esok hari dengan alasan Miura masih dalam proses pemulihan setelah masa hiatusnya yang panjang dan lelaki itu membutuhkan istirahat setelah melakukan serangkaian proses syuting seharian ini. Untungnya, Sean mengerti dan syuting pun dilanjutkan pada esok hari dengan lancar dan bebas hambatan.